Total Tayangan Halaman

Jumat, 27 Juli 2012

Aku seperti buta, tuli dan otomatis bisu

Aku ingin mereka tahu apa yang ada disini. Dihatiku untuk mereka...

Cahaya matahari mulai menyentuh bumi. Daun daun yang kemarin tampak putih, kedinginan tertutup salju, hari ini sudah dapat kembali menghijau. Bunga bunga yang kemarin enggan untuk merekah, hari ini sudah kembali cantik dengan warna warni indah. Burung burung terbang kesana kemari menyambut musim ini, kicaunya terdengar seru di udara. Mereka begitu ikhlas menerima titah Tuhannya.
Musim semi yang indah.

Dari balik jendela kamarku semua itu terlihat jelas. Begitu indah. Aahh.. andai saja aku bisa menunaikan hidupku seikhlas mereka. Andai saja aku bisa melihat dunia, seperti aku bisa melihat awal musim semi pagi ini. Andai saja aku bisa mendengar kisah dunia seperti aku mendengar kicau burung burung itu. Dan andai saja aku bisa mengatakan yang sebenarnya seperti aku mengatakan betapa indahnya musim semi ini.

Merah, kuning, hijau, biru. Aku bisa melihat jelas warna warna itu. Tapi aku seperti buta. Buta tentang kebahagiaan mereka. Aku tidak bisa melihat untuk tahu apa yang membuat mereka semua bahagia. Aku tidak bisa memastikan seberapa bermanfaatkah aku untuk mereka. Mereka marah atau bahagia saat aku di dekatnya. Aku tidak tahu semua itu. Aku seperti buta. Tidak bisa melihat warna apa yang mereka suka. Aku seperti buta. Tidak bisa melihat senyum mereka yang merekah, pipi mereka yang merona bahagia. Aku seperti buta yang tidak tahu apa apa tentang mereka. Aku mungkin telah benar-benar buta.

Do re mi fa sol la si do. Aku bisa dengar rangkaian bunyi itu. Aku bahkan bisa sedikit menirukannya. Tapi aku seperti tuli. Tuli tentang kebahagiaan dan kesedihan mereka. Aku tak tahu kapan mereka sedih dan kapan mereka bahagia. Aku tak bisa dengar tawa lepas dan isak tangis mereka. Aku tak bisa dengar bagaimana perasaan mereka. Sedang marahkah, sedihkah, bahagiakah, atau apapun. Aku tak bisa tahu semua itu. Aku tuli dari semua kesedihan dan kebahagiaan mereka. Aku mungkin telah benar-benar tuli.

A B C D E  G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z. Aku bisa menyebutkan setiap hurup itu satu per satu. Merangkaikan huruf-huruf itu menjadi belasan kata. Merangkaikan kata-kata itu menjadi puluhan kalimat. Menjadi ratusan paragraf. Menjadi ratusan narasi hidup yang ku bagi. Aku buta, aku tuli, dan otomatis aku seperti bisu untuk mengatakan apa yang menjadi hasratku. Ketidaktahuanku tentang mereka telah membuatku bisu. Aku tak tahu apa yang harus aku katakan. Harus ikut tertawakah, marahkah, atau menangis. Ketidaktahuan telah membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Meminta maaf atau mengucapkan selamat.

Aku buta, tuli dan otomtis bisu tentang mereka. Aku seolah terputus dari kehidupan mereka. Aku tidak tahu apa-apa tentang mereka.

Entahlah, aku tidak tahu karena memang begitu nyatanya, atau mungkin ini salahku sendiri yang tak mau tahu tentang mereka. Tapi yang cukup jelas, disini, dibalik jendela kamarku, aku masih merindukan mereka. Aku masih merindukan melihat kehidupan mereka, mendengar ungkapan perasaan mereka, aku ingin ada untuk mereka. Aku ingin ada di samping mereka untuk tahu semua kesedihan, kebahagiaan, kemarahan, kekecewaan mereka setiap jengkalnya. Aku ingin memohon maaf, jika karena ulahku mereka marah atau kecewa. Aku ingin mengucapkan selamat saat mereka menerima kebahagiaan. Aku ingin berdoa get well soon jika mereka sedang sakit. Aku ingin mengatakan aku sayang mereka, aku merindukan mereka, aku selalu ada untuk mereka setiap harinya.

Ya Tuhan..
Aku ingin kembali melihat, mendengar, dan mengatakan sesuatu pada mereka.
Aku ingin tahu semua tentang mereka.
Aku ingin mendengar semua tentang mereka.
Aku selalu ingin mengatakan aku rindu mereka, aku sayang mereka, aku selalu ada untuk mereka.
Aku ingin menjadi salah satu orang yang bermakna untuk mereka. Bukan orang yang sia-sia dan tidak pernah dikenang baik oleh mereka.
Aku ingin Kau pun tahu Tuhan, dan aku yakin Kau Maha Tahu, apa yang ada di sini.
Di hatiku untuk mereka. ^^

Minggu, 15 Juli 2012

melaju meraih mimpi

"disini, malam ini, di bawah langit, di atas bumi, aku sedang menapaki jalanku untuk meraih mimpi, menengadahkan tangan memunajatkan doaku pada Tuhan, dan sesekali menangis pada rasa sakit, tapi bukan berarti aku mengaku kalah, aku tetap berdiri, menguatkan kaki demi masa depan yang lebih baik."

Aku ingin seperti Dam, salah satu tokoh utama dalam novel "Ayahku (bukan) pembohong" karya salah satu novelis terbaik Indonesia Tere Liye. Berbekal cerita-cerita Ayahnya sejak kecil, Dam terdidik sebagai anak yang memiliki banyak mimpi. Effort-nya dalam meraih mimpinya juga sangat kuat. Aku ingat saat dia gagal meraih kesempatan menjadi anggota tim renang di kotanya, karena kurang tidur sehabis menonton sang kapten berlaga dalam pertandingan malam sebelumnya. Dia sempat marah pada dirinya sendiri, tapi ayahnya tak membiarkan itu berlarut lama. Dam kembali diperdengarkan cerita-cerita fanastik sang ayah. Sukses besar, cerita sang ayah mampu mengembalikan semangat juang Dam kecil. Ia pun kembali mencoba meraih kesempatan renang itu di tahun berikutnya, meskipun ada sedikit accident, tapi semangat juangnya yang tinggi mampu mengantarkan dia menjadi salah satu anggota tim renang di kotanya. Aku ingin meniru semangat juang itu dari Dam.

Andre Wongso. Aku yakin, tak ada yang asing dengan sosoknya. Salah satu motivator ternama di Indonesia. Selalu mengucapkan Selamat Pagi, kapan saja bertemu siang, malam. Karena pagi itu identik dengan kegairahan, kesegaran, semangat, Semangat, Semangat. Aku sempat penasaran pada kisah hidupnya yang katanya bergelar SDTT (sekolah Dasar Tidak Tamat). Kuputuskan untuk bertanya pada om google.
Nyaris bleber airmataku saat membaca kisah hidup Andre Wongso demi memperjuangkan masa depan yang lebih baik. kisah singkat perjalanan Andre Wongso.

Hidupku tak sesulit itu. Masih sangat beruntung. Bahkan uang kuliah pun aku tak perlu susah susah mencarinya sendiri. Orang tuaku masih diberi kekuatan untuk membiayai hidupku. Bahkan terkadang aku terlalu hura hura dalam menikmati hidup. Effort ku bahkan masih kalah telak dengan si kecil Dam. Kegigihannya membuatku bergidik.
Ku hitung hitung, dalam sehari tak sampai 10 kali aku mengucapkan syukur alhamdulillah pada Tuhan. Dengan keberkahan hidup yang kini kujalani, aku justru larut dalam kegalauanku. Dengan nikmat yang begitu banyak, aku justru sibuk memikirkan kesedihan yang sepele. Aku mungkin sudah lupa bagaimana caranya bersyukur, tapi Tuhan masih begitu baik dengan tetap memberiku kenikmatan ini.

Entah sampai kapan aku akan tetap tidur, sibuk dengan mimpi-mimpi besar, tapi tak juga bangun, duduk, berdiri, lalu berjalan, berusaha meraih mimpi-mimpi besar itu. Aku terlalu sibuk bermimpi akan seperti apa diriku 10 tahun lagi. Nol, mimpi itu hanya akan menjadi bualan, hanya akan menjadi mimpi buruk tanpa usaha dan doaku di pertiga malam.

Ibuku bilang, Tuhan selalu senang mendengar permintaan dariku. Karena Tuhan memiliki segalanya. Tapi doaku tak akan menjadi apa-apa jika tak ada usaha dariku untuk mewujudkannya. Aku ingat ada ayat yang menyebutkan, Tuhan tidak akan mengubah suatu kaum jika dia tidak berusaha untuk mengubahnya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika aku memiliki keyakinan dan gigih berjuang meraih mimpi besarku.

Kegagalan itu bukan berarti Tuhan tidak mendengar doaku, tapi Tuhan sedang menundanya untuk melihat kegigihan usahaku. Tuhan Maha Mendengar kata Ayahku.
Keep spirit yaa.. :)