Total Tayangan Halaman

Minggu, 25 November 2012

anak payung


ruangan ini cukup nyaman. atap dan dindingnya kokoh. ruangannya ber-AC. di mejaku ada segelas teh hangat yang baru saja diantar oleh salah satu OB kantor. ada yang menarik perhatianku di luar sana, di balik kaca jendela yang besar besar.

aku duduk termenung. hujan mulai gemericik membelah kesunyian. semua yang ada diluar sana tampak ikhlas memenuhi titah dari Tuhannya. si kecil itu juga ikhlas. dia berlari lari kecil membawa payung, menawarkan payung bututnya pada orang-orang yang meneduh. ada yang mengiba lalu menggunakan jasa si kecil, ada juga yang diam saja tanpa peduli. tangan kecilnya sudah gemetar menahan dingin. kaki mungilnya menapaki bumi yang basah tanpa alas. berlari kecil kemanapun hujan menjatuhkan dirinya ke bumi.

aku mengiba. tak tega rasanya melihat anak itu berjuang sendiri. pemandangan itu membuat aku ingat untuk bersyukur. mungkin jika aku menjadi dirinya, aku tak akan sekuat itu. tapi dia, si kecil yang polos itu, bisa begitu kuatya menerobos ribuan rintik hujan. tanpa pakaian penghangat, tanpa alas kaki. tak ada sedikitpun penyesalan terbaca di wajahnya. dia mencintai dirinya, hidupnya, dan payung bututnya.
dia tak peduli pada pandangan orang tentangnya. di dalam dirinya tersirat keikhlasan yang sempurna. mungkin, bahagia untuknya bukan kemewahan, tapi bagaimana dia bisa menghargai hidup yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar