Sore ini terasa begitu sendu. Tiba-tiba saja perasaan itu muncul lagi. Perasaan yang tak pernah aku harapkan lagi. Perasaan yang selama bertahun-tahun telah kupendam dalam-dalam. Dan aku harap, perasaan itu tidak lagi mengganggu hidupku. Tapi nyatanya, rasa itu hadir lagi.
dua puluh tiga bulan yang lalu,
"Bima." pria muda itu memperkenalkan diri. Dia mengulurkan tangannya. Di sebelahnya tampak kak Mila memberikan kode, yang aku pahami bahwa laki-laki inilah yang selama ini dia ceritakan padaku. teman lama kak Mila.
"Meilana." aku menjabat tangannya.
Tidak sampai di situ saja. Kami lalu bertukar nomor handphone dan saling menghubungi. Kedekatan kami semakin intens setiap harinya. Dia memanggilku Mei. Sama seperti teman-temanku yang lain. Hahaha, memang itu nama panggilanku.
sembilan belas bulan yang lalu,
Aku resmi dengan Bima. Sebenarnya dia lebih tua dariku, tapi aku malas memanggil dia "kakak". Layaknya orang yang baru jatuh cinta, aku merasakan ada bunga diamana-mana. hidup menjadi begitu indah. Semua kami lalui bersama. Dia menjemputku setiap pulang sekolah. kami juga sering makan siang bersama, sambil bercerita sana sini. Impian-impian indah menggelayut di otakku. Mungkinkah dia berbeda dengan Ray, mantan pacarku, yang meninggalkan aku karena perempuan lain. Selingkuh. Mungkinkah memang dia yang tertakdir untukku? Bima begitu baik padaku. Dia tidak pernah sekalipun membuatku sedih. Dia begitu menghargai perasaan ku. Menjaga hatiku yang rapuh karena mantan pacarku sebelumnya.
tujuh belas bulan yang lalu,
Sudah sejak dua minggu yang lalu kami merencanakan makan malam ini. Tepatnya dia yang merencanakan. Aku hanya mengamini saja. Aku memakai dress berwarna merah.
"Cantik." itu kata-kata yang pertama kali keluar dari mulutnya saat baru melihatku. Aku tersenyum bangga bercampur malu.
lima belas bulan yang lalu,
Aku semangat mengayuh sepedaku pergi ke rumah Bima. Sore itu dia janji akan menemani aku bersepeda. Meski sudah empat bulan resmi berpacaran, aku tetap saja deg deg an setiap kali akan bertemu Bima. Setelah menarik napas dalam-dalam, pelan aku membuka gerbang rumahnya. Tampak dari gerbang, pintu rumahnya terbuka. Ada motor biru terparkir di rumahnya. Aku seperti mengenali motor itu. Tere. Ahh, masa iya dia kesini. Untuk apa??
Aku melangkah pelan-pelan mendekati pintu utama. Well, pemandangan itu cukup mengejutkanku. Tiba-tiba hatiku terasa pedih. Bagai ada palu godam yang meremuk tulang-tulangku. Lunglai rasanya tubuh ini. Seperti ada paku berkarat yang menancap di kepalaku. sakit. Di depanku tampak seorang laki-laki dan perempuan sedang... Ahh, memalukan. Bima. Laki-laki itu Bima, dan perempuan itu Tere, teman satu sekolahku. Bima tampak asik bercanda dengan Tere. Bukan hanya itu, sejurus kemudian terlihat jelas di depan mataku Bima menempelkan bibirnya di kening Tere. Tak berapa lama kemudian, keduanya menyadari kehadiranku. Mereka terhenyak kaget.
Seketika itu juga aku berlari. Bergegas menaiki sepedaku. Sekilas aku melihat Bima mengejarku. Tapi laju sepedaku terlalu cepat. Dia tertinggal jauh di belakang.
Tenagaku nyaris habis saat aku tiba di taman dekat rumahku. Ku hentikan laju sepedaku dengan memijit rem sampai berdenyit. Aku bahkan nyaris jatuh karena mendadak memijit rem depan. Ku parkir sepedaku sembarangan, aku terduduk lemas di sampingnya. Ku peluk kedua lututku, menunduk dalam dalam. Air mataku tumpah seketika. Semua kenangan bersama Bima mengilas balik. Semua begitu indah. Aku bahkan yakin dia akan benar-benar tulus padaku. Tapi apa yang kulihat? Kebohongan.
Lagi-lagi aku sukses teritpu dengan rayuan cinta. Kalau sudah begini, siapa yang sakit. Aku. Aku lagi yang harus merasakan ini. Sendirian.
Sore ini,
Ingatan itu menggelayut di hatiku. Membuka kembali luka lama yang sebenarnya belum sembuh benar. Semua kepahitan itu sangat jelas terekam di kepalaku. Entah darimana stimulus itu datang hingga akhirnya aku kembali mengingat semua ini.
Hujan masih deras mengguyur bumi di luar sana. Aku masih termenung sendiri di balik jendela. Melamun sendirian. Menikmati luka lama yang teramat pedih. Sudahlah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar